Senin, 10 November 2008

KISAH TIGA PEMUDA Keluar dari Gua Permasalahan

Anda tentu ingat kisah tiga orang yang terkurung di dalam gua yang tertutup batu, lalu meminta kepada Allah dengan tawasul melalui amal shalih mereka! Abdullah bin Umar ra. menceritakan kisah berikut ini yang didengarnya dari Nabi saw.

Pada zaman dahulu, ada tiga orang yang menempuh perjalanan hingga terpaksa bermalam di sebuah gua. Tatkala mereka tengah beristirahat di dalam gua, mendadak sebuah batu besar terjatuh dari bukit dan tepat menutup pintu gua, sehingga mereka tidak bisa keluar. Mereka berkata, “Tidak ada yang mampu menyelamatkan kita dari bahaya ini kecuali jika tawasul dengan amal shalih yang pernah kita lakukan terdahulu.”

Segera salah seorang di antara mereka bersaksi, “Ya Allah, dahulu saya mempunyai ayah dan ibu. Saya terbiasa tidak memberikan minuman susu kepada siapa pun , baik keluarga atau hamba sahaya, sebelum kepada keduanya. Pada suatu hari, saya menggembala ternak terlalu jauh, sehingga tidak bisa pulang kepada kedua orang tua saya kecuali setelah malam, saat mereka berdua telah tertidur....

Saya tetap memerah susu untuk keduanya dan tidak saya berikan kepada siapa pun sebelum kepada mereka berdua. Saya menunggunya hingga terbit fajar dan hingga mereka meminum susu yang saya sediakan. Padahal, pada malam itu juga anak-anak saya menangis di dekat kaki saya, meminta susu itu. Ya Allah, jika saya berbuat itu benar-benar karena mengharapkan keridhaan-Mu maka lapangkanlah keadaan kami ini.”

Usai memberikan kesaksian tersebut, mendadak batu tersebut bergeser sedikit, namun belum cukup untuk keluar dari gua.

Orang kedua memberikan kesaksian juga. “Ya Allah, dahulu saya pernah terikat jalinan cinta dengan anak gadis pamanku. Sedemikian besar perasaan cinta saya kepadanya, hingga saya selalu merayu untuk melakukan zina. Namun, ia selalu menolak perbuatan itu. Suatu saat, ia datang kepada saya dalam kondisi kelaparan dan meminta bantuan. Maka, saya pun memberikan uang seratus dua puluh dinar dengan janji ia akan menyerahkan dirinya kepada saya pada malam harinya....

Saat saya sudah berada di antara kedua kakinya, tiba-tiba ia berkata, ‘Takutlah kepada Allah dan janganlah kau pecahkan tutup kecuali dengan halal.’

Segera saya bangun dan meninggalkannya. Padahal, saya masih menginginkan dia. Saya tinggalkan pula uang dinar yang telah saya berikan. Ya Allah, jika saya berbuat benar-benar karena mengharap ridha-Mu, bebaskan kami dari kondisi ini....”

Usai memberikan kesaksian tersebut, batu tersebut bergeser sedikit, namun tetap belum cukup untuk keluar dari gua.

Orang ketiga turut memberikan kesaksian. “Ya Allah saya dahulu adalah majikan yang memiliki banyak pegawai. Suatu ketika, saat saya sedang membayar upah para pegawai, ada seorang dari mereka yang tidak sabar menunggu, pulang ke rumah meninggalkan upah yang belum diambilnya, dan tidak kembali lagi. Saya pergunakan upah dia untuk usaha, hingga menjadi bertambah banyak dan menjadi harta kekayaan yang berlimpah....

Tatakala pegawai tersebut datang, ia berkata, ‘Hai Abdullah, berikan upahku yang dahulu itu!’

Saya menjawab, ‘Semua yang di depanmu, berupa unta, lembu, kambing, dan penggembalanya itu, adalah dari upahmu.”

Ia berkata, ‘Hai Abdullah, kau jangan mengejekku!’

Saya menjawab, ‘Aku tidak mengejekmu.’

Maka, ia mengambil semua harta yang saya sebutkan dan tidak meninggalkan apa pun . Ya Allah, jika saya berbuat itu karena mengharap keridhaan-Mu, hindarkan kami dari kesempitan ini....”

Tiba-tiba bergeserlah batu besar tersebut hingga mereka bertiga bisa keluar dari gua dengan selamat....

Riwayat di atas shahih. Periwayatannya disampaikan oleh Imam Bukhari dan Imam Muslim (muttafaq alaih).

***

Ada tiga hal yang bisa kita jadikan “ibrah dari kisah di atas yang dikisahkan dalam Kitab Riyadlus Shalihin, yaitu:

1. Ketaatan kepada kedua orang tua. Banyak contoh kasus ketiadataatan serta kedurhakaan anak terhadap orang tuanya. Jangan harap rezki dan berkah dari Allah s.w.t, jika ada di antara kita yang berani mengatakan orang tua kita telah wafat, padahal mereka berdua masih hidup. Kisah-kisah seperti malin kundang dan sangkuriang sudah banyak di negeri ini. Dengan ibadah Ramadlan, khususnya di Indonesia, kita terbiasa mengunjungi orangtua (yang masih hidup) atau ziarah kubur (bagi orangtuanya yang telah wafat)

2. Kejahatan seksual. Dengan puasa kita dilatih mengendalikan nafsu syahwat kita. Manusia terdiri dari 3 nafsu (bahimah, sab’iyah, syaithaniyah)

3. Kejahatan ekonomi. Kita lebih senang menunda hak orang lain dan menyegerakan hak sendiri. Contoh: di kala orang lain belum gajian, padahal kita tahu kondisi keuangan kita, namun kita berani cashbon, padahal orang lain belum menerima haknya.

Kerusakan alam dapat berakibat pada kehancuran lokal, sementara kerusakan moral berdampak pada kerusakan/ kehancuran seluruh alam.

Tidak ada komentar:

Hadits Minggu Ini

Segala sesuatu didunia ini ada takarannya, kecuali air mata, karena setetes darinya dapat memadamkan lautan api